koronovirus.site – Politisi senior sekaligus Anggota DPR RI, Bambang Soesatyo (Bamsoet), kembali menunjukkan konsistensinya sebagai penulis produktif.
Ia meluncurkan tiga buku terbaru secara bersamaan dalam acara yang digelar di Parle Restaurant, Senayan Park, Jakarta, pada Jumat (3/10/2025).
Ketiga buku itu berjudul:
- Amendemen ke-5 Konstitusi: Menata Ulang Sistem Ketatanegaraan
- Politik, Pers, dan Jejak Langkah Kebangsaan: Catatan Personal dalam Arus Perubahan
- Evaluasi Kritis Pemilihan Umum Langsung: Nomor Piro, Wani Piro – Revitalisasi Ketetapan MPR
Dengan peluncuran ini, total karya tulis Bamsoet kini mencapai 37 buku, menegaskan kiprahnya sebagai politisi yang aktif menulis gagasan.
“Buku bagi saya adalah instrumen perjuangan gagasan. Menulis adalah cara membuka ruang dialog publik agar bangsa tidak kehilangan arah dalam memperkuat demokrasi dan menata sistem ketatanegaraan,” ujar Bamsoet dalam keterangan tertulis, Sabtu (4/10/2025).
Amendemen ke-5 Konstitusi: Membangun Sistem yang Adaptif
Dalam buku pertamanya, Amendemen ke-5 Konstitusi: Menata Ulang Sistem Ketatanegaraan, Bamsoet menyoroti perjalanan demokrasi Indonesia pasca-Reformasi yang sudah berjalan lebih dari dua dekade.
Ia menilai empat kali amendemen UUD 1945 telah memperkuat demokratisasi, tetapi belum sepenuhnya mengatasi ketimpangan antara idealitas dan realitas politik.
Melalui buku ini, Bamsoet menawarkan lima gagasan pokok:
- Pemilihan Wakil Presiden oleh MPR atas usulan Presiden terpilih, untuk mengurangi politik transaksional.
- Penetapan PPHN (Pokok-pokok Haluan Negara) oleh MPR sebagai peta jalan pembangunan nasional.
- Pembentukan Mahkamah Etika Nasional sebagai pengawas moral pejabat publik.
- Revisi Pasal 33 UUD 1945 agar menyesuaikan era ekonomi digital serta pengakuan atas ruang udara dan matra siber sebagai bagian dari kedaulatan negara.
- Penguatan asas gotong royong sebagai fondasi pembangunan ekonomi berkeadilan.
“Konstitusi harus hidup, tidak boleh kaku. Ia harus selalu relevan dengan zamannya, berpijak pada Pancasila, dan menjawab tantangan masa depan,” tegas Ketua DPR RI ke-20 ini.
Dari Wartawan ke Politisi: Catatan Personal Bamsoet
Buku kedua, Politik, Pers, dan Jejak Langkah Kebangsaan, menggambarkan perjalanan hidup Bamsoet dari dunia jurnalistik hingga menjadi politisi.
Ia mengawali karier sebagai wartawan di Harian Prioritas, Majalah Vista, dan Info Bisnis, sebelum akhirnya menapaki jalan politik hingga menjabat sebagai Ketua DPR RI dan Ketua MPR RI.
Dalam buku ini, Bamsoet menulis refleksi tentang peran media dalam perubahan politik nasional, dilema jurnalisme di era Orde Baru, dan perjuangan menghadapi oligarki kekuasaan.
“Saya menulis bukan untuk mengagungkan diri, tetapi untuk merekam jejak – termasuk luka, kegagalan, dan pembelajaran. Jalan politik itu sunyi, penuh risiko, tapi sarat tanggung jawab,” ujar Bamsoet.
Ia berharap buku ini dapat menjadi sumber inspirasi dan refleksi bagi generasi muda agar lebih siap menghadapi realitas demokrasi dan dinamika politik Indonesia.
Pemilu Langsung di Era Politik Transaksional
Sementara itu, buku ketiga bertajuk Evaluasi Kritis Pemilihan Umum Langsung: Nomor Piro, Wani Piro – Revitalisasi Ketetapan MPR, merupakan pengembangan dari tesis akademiknya di Universitas Jayabaya.
Dalam buku ini, Bamsoet mengupas secara mendalam praktik pemilu langsung di Indonesia yang dinilainya telah berkembang ke arah politik transaksional dan berbiaya tinggi.
Istilah “NPWP” atau Nomor Piro, Wani Piro digunakan sebagai simbol politik uang yang mencederai demokrasi.
“Pemilu langsung seharusnya memperkuat legitimasi rakyat, bukan justru melahirkan pemimpin yang hanya mengandalkan isi tas,” tulisnya dalam buku tersebut.
Bamsoet menilai perlunya revitalisasi Ketetapan MPR (Tap MPR) agar kembali berfungsi sebagai instrumen hukum dan politik yang memberikan arah kebijakan negara secara berkesinambungan.
“Kepemimpinan sejati bukan hanya soal keputusan, tapi keberanian merawat gagasan. Ide yang ditulis akan lebih abadi daripada sekadar pidato,” ujarnya.
Peluncuran Buku Dihadiri Sejumlah Tokoh Nasional
Peluncuran tiga buku ini dihadiri oleh banyak tokoh lintas profesi dan generasi, menandakan luasnya jejaring dan pengaruh Bamsoet di berbagai kalangan.
Hadir dalam acara tersebut antara lain:
- Ketua DPR RI Puan Maharani
- Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat & Akbar Supratman
- Wakil Ketua DPD RI Yorrys Raweyai
- Menteri Kebudayaan Fadli Zon
- Mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie
- Ketua Umum FKPPI Pontjo Sutowo
Selain itu, hadir pula tokoh-tokoh politik seperti Agung Laksono, Setya Novanto, Aboe Bakar Al-Habsyi, Donny Ukon, Widya Murad, dan Sutrisno Bachir, serta kalangan pengusaha seperti James Riady.
Turut hadir pula para perwakilan dari PB Perbakin, PB Tarung Derajat, dan Ikatan Motor Indonesia (IMI).
Suasana peluncuran berlangsung hangat, menandai apresiasi publik terhadap konsistensi Bamsoet dalam menulis dan berbagi pemikiran strategis.
Penutup: Menulis Sebagai Perjuangan Gagasan
Bamsoet menutup acara peluncuran dengan pesan inspiratif bagi generasi muda.
Menurutnya, menulis bukan hanya kegiatan intelektual, tetapi juga tindakan perjuangan untuk menyebarkan gagasan dan menjaga warisan pemikiran bangsa.
“Saya percaya bahwa ide yang ditulis akan bertahan lebih lama daripada sekadar pidato. Buku bisa menjadi bekal generasi penerus untuk melanjutkan perjuangan bangsa,” pungkasnya.
Dengan tiga buku baru ini, Bamsoet kembali menegaskan perannya bukan hanya sebagai politisi, tetapi juga pemikir publik yang konsisten merawat demokrasi melalui tulisan.
Cek juga artikel dari platform monitorberita.com

