koronovirus.site Publik Jakarta sempat digemparkan oleh penemuan dua kerangka manusia di Gedung ACC Kwitang, Jakarta Pusat. Penemuan ini memunculkan berbagai spekulasi dan pertanyaan tentang siapa identitas korban serta penyebab kematian mereka. Setelah melalui proses panjang, Rumah Sakit Polri Kramat Jati akhirnya mengungkap hasil identifikasi kedua jasad tersebut.
Menurut hasil penyelidikan yang dilakukan oleh Pusdokkes Polri, identitas dua kerangka tersebut adalah Reno Syahputra Dewo dan Muhammad Farhan. Kedua nama ini kemudian diumumkan secara resmi oleh Kepala Biro Laboratorium dan Dokumen Kesehatan (Karo Labdokkes) Pusdokkes Polri, Brigjen Sumy Hastry Purwanti, di hadapan awak media.
“Berdasarkan hasil pemeriksaan DNA dan analisis forensik, kedua kerangka telah teridentifikasi sebagai laki-laki bernama Reno Syahputra Dewo dan Muhammad Farhan,” ujar Sumy Hastry dalam keterangan resminya.
Proses Identifikasi Forensik
Identifikasi dua kerangka tersebut dilakukan melalui serangkaian proses ilmiah dan prosedur post-mortem (pemeriksaan jenazah setelah meninggal) serta ante-mortem (pemeriksaan data korban sebelum meninggal).
Brigjen Sumy menjelaskan bahwa hasil pemeriksaan tulang tengkorak dan panggul menunjukkan karakteristik pria dewasa. Setelah itu, tim laboratorium membandingkan hasil DNA dan data gigi dari sampel keluarga korban.
“Hasil pemeriksaan DNA pada sampel post mortem dengan kode 0080 cocok dengan data ante mortem 002 milik keluarga korban, sehingga dapat dipastikan bahwa identitas kerangka pertama adalah Reno Syahputra Dewo, anak biologis dari bapak Muhammad Yasin,” ungkapnya.
Untuk kerangka kedua, identifikasi dilakukan dengan metode kombinasi. Polisi menemukan perhiasan kalung dan kepala ikat pinggang di dekat kerangka, yang kemudian dicocokkan dengan keterangan keluarga dan data forensik. Setelah pemeriksaan DNA tulang selesai, hasilnya menunjukkan kecocokan dengan Muhammad Farhan.
Peran Teknologi Forensik
Keberhasilan tim forensik Polri dalam mengungkap identitas kedua kerangka ini menunjukkan pentingnya teknologi identifikasi DNA dan keahlian forensik dalam membantu penyelidikan kasus misterius.
Proses analisis DNA dilakukan di laboratorium forensik dengan tingkat akurasi tinggi. Setiap sampel tulang yang diambil dibersihkan, dikeringkan, dan diambil inti selnya untuk diuraikan menjadi kode genetik. Kode inilah yang kemudian dibandingkan dengan data keluarga korban.
Selain DNA, tim forensik juga menggunakan pemeriksaan odontologi forensik atau analisis gigi. Bentuk dan struktur gigi manusia memiliki keunikan tersendiri sehingga sering dijadikan alat identifikasi tambahan ketika tubuh korban sudah tidak dapat dikenali secara visual.
Brigjen Sumy menekankan bahwa setiap langkah diambil dengan sangat hati-hati agar hasil identifikasi tidak menimbulkan kesalahan. “Kami bekerja dengan prinsip ilmiah dan ketelitian penuh. Tidak ada ruang untuk spekulasi dalam identifikasi forensik,” tegasnya.
Reaksi Keluarga Korban
Kabar terungkapnya identitas kedua korban membawa kelegaan sekaligus duka mendalam bagi keluarga mereka. Setelah berbulan-bulan tanpa kepastian, pihak keluarga akhirnya bisa memastikan bahwa anggota keluarga mereka adalah korban yang ditemukan di Kwitang.
Keluarga Reno Syahputra Dewo menyampaikan rasa terima kasih kepada Polri yang telah bekerja keras. “Kami sudah menunggu lama untuk mengetahui nasib anak kami. Sekarang, meskipun sedih, kami bersyukur akhirnya bisa mendapatkan kejelasan,” ujar ayah korban, Muhammad Yasin.
Keluarga Muhammad Farhan juga mengucapkan hal serupa. Mereka berharap agar penyelidikan tidak berhenti sampai di tahap identifikasi saja, tetapi juga dilanjutkan untuk mengungkap penyebab kematian. “Kami ingin tahu bagaimana mereka bisa berakhir di sana. Kami butuh keadilan,” ungkap salah satu anggota keluarga.
Penyelidikan Berlanjut
Polisi menegaskan bahwa meski identitas kedua korban sudah terungkap, penyelidikan penyebab kematian masih berlanjut. Saat ini, penyidik masih menelusuri kronologi peristiwa yang menyebabkan keduanya ditemukan di lokasi tersebut.
Beberapa barang bukti, seperti pakaian, perhiasan, serta benda logam di sekitar kerangka, telah diamankan untuk dianalisis lebih lanjut. Penyidik juga memeriksa rekaman kamera pengawas (CCTV) di sekitar Gedung ACC Kwitang dan memanggil sejumlah saksi, termasuk penjaga gedung dan warga sekitar.
Pihak kepolisian belum menyimpulkan apakah kasus ini berkaitan dengan tindak pidana. “Kami masih menunggu hasil pemeriksaan lanjutan dari tim laboratorium dan forensik. Semua kemungkinan masih terbuka,” ujar seorang penyidik dari Polres Metro Jakarta Pusat.
Misteri di Balik Gedung ACC Kwitang
Gedung ACC Kwitang sendiri dikenal sebagai salah satu bangunan tua di kawasan Jakarta Pusat. Sebagian besar ruangannya sudah lama tidak digunakan, dan beberapa lantai berada dalam kondisi kosong. Penemuan dua kerangka di dalamnya sempat menimbulkan spekulasi liar di masyarakat.
Warga sekitar mengaku terkejut dan takut setelah kejadian tersebut. “Kami tidak menyangka ada penemuan seperti itu di gedung yang kelihatannya sepi tapi masih berdiri kokoh,” kata salah seorang warga.
Meski begitu, polisi meminta masyarakat tidak membuat asumsi sendiri dan menyerahkan sepenuhnya proses penyelidikan kepada aparat berwenang.
Penutup
Terungkapnya identitas dua kerangka di Kwitang sebagai Reno Syahputra Dewo dan Muhammad Farhan menjadi hasil nyata kerja keras tim forensik Polri. Meski identitas telah ditemukan, misteri penyebab kematian keduanya masih menjadi teka-teki yang harus dijawab oleh penyidik.
Kasus ini menjadi pengingat bahwa ilmu forensik memiliki peran penting dalam membantu keluarga korban mendapatkan kepastian. Di sisi lain, publik menanti langkah berikutnya dari kepolisian untuk mengungkap apa yang sebenarnya terjadi di Gedung ACC Kwitang, agar kebenaran bisa terungkap sepenuhnya.

Cek Juga Artikel Dari Platform revisednews.com
