koronovirus.site Setelah dua dekade tanpa penyesuaian, tarif Transjakarta akhirnya akan naik. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memastikan rencana kenaikan tarif layanan transportasi massal ini sudah memasuki tahap finalisasi dan akan diumumkan pada waktu yang dianggap tepat.
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung mengatakan bahwa keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan kondisi fiskal daerah serta kebutuhan menjaga kualitas pelayanan publik. “Saatnya akan datang. Nanti kami umumkan secara resmi mengenai penyesuaian tarif Transjakarta,” ujarnya di kawasan Blok M.
Menurutnya, langkah ini bukan semata soal pendapatan, melainkan upaya menjaga keberlanjutan sistem transportasi umum di tengah meningkatnya beban subsidi.
Dari Rp 2.000 hingga Rp 3.500, Tarif Tak Berubah Selama Dua Dekade
Sejak pertama kali diluncurkan pada awal 2000-an, Transjakarta menjadi pionir transportasi bus berbasis jalur khusus atau bus rapid transit (BRT) di Indonesia. Saat beroperasi pertama kali, tarif yang berlaku hanya Rp 2.000 per penumpang.
Kemudian, berdasarkan SK Gubernur DKI Nomor 1912 Tahun 2005, tarif dinaikkan menjadi Rp 3.500, dengan pola “early bird” di mana penumpang pada pukul 05.00–07.00 dikenakan tarif lebih murah, yakni Rp 2.000. Setelah jam tersebut, tarif normal Rp 3.500 diberlakukan hingga malam hari.
Sejak saat itu, tarif tidak pernah berubah, meskipun biaya operasional, bahan bakar, dan gaji pegawai terus meningkat setiap tahun. Transjakarta pun bertahan dengan sistem subsidi dari Pemprov DKI yang nilainya semakin membengkak.
Dewan Transportasi Dorong Penyesuaian Tarif
Dorongan kenaikan tarif bukan hal baru. Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) sudah dua kali memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah agar tarif disesuaikan dengan kondisi ekonomi terkini.
Ketua DTKJ Haris Muhammadun menyebut hasil kajian mengenai Ability to Pay (ATP) dan Willingness to Pay (WTP) masyarakat menunjukkan bahwa warga Jakarta sebenarnya siap menerima penyesuaian harga tiket. “Masyarakat kini memahami pentingnya keberlanjutan layanan publik yang efisien,” ujarnya.
Haris menegaskan, penyesuaian tarif tidak dimaksudkan untuk membebani masyarakat, tetapi untuk menjaga agar Transjakarta tetap beroperasi dengan standar pelayanan tinggi.
Selain itu, pihaknya juga menilai kenaikan tarif perlu disertai peningkatan kenyamanan penumpang, terutama dalam aspek ketepatan waktu dan integrasi dengan moda transportasi lain seperti MRT dan LRT.
Usulan Kenaikan Bertahap dan Skema Jam Sibuk
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo membenarkan bahwa tarif Transjakarta sebesar Rp 3.500 sudah berlaku selama 20 tahun. Ia menegaskan, proses peninjauan tarif akan dilakukan dengan hati-hati dan mempertimbangkan seluruh aspek sosial dan ekonomi.
“Semua faktor akan dipertimbangkan dengan matang sebelum keputusan final diumumkan. Tujuannya agar tidak menimbulkan beban berlebihan bagi masyarakat,” katanya.
Menurut rencana, kenaikan tarif akan dilakukan secara bertahap dan kemungkinan besar akan mengadopsi sistem tarif berbeda antara jam sibuk dan non-sibuk. PT Transjakarta sendiri sebelumnya telah mengusulkan agar tarif pada jam sibuk naik menjadi Rp 4.000 hingga Rp 5.000, sementara di luar jam sibuk tetap di angka Rp 3.500.
“Konsep jam sibuk ini memungkinkan masyarakat tetap menikmati tarif terjangkau di luar waktu padat,” jelas Syafrin.
Beban Subsidi Terlalu Besar
Salah satu alasan utama di balik penyesuaian tarif ini adalah beban subsidi yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Pramono Anung, besaran subsidi yang diberikan Pemprov DKI untuk setiap penumpang Transjakarta kini mencapai lebih dari Rp 9.000 per perjalanan.
“Kalau subsidi terlalu besar, anggaran daerah tidak akan cukup untuk meningkatkan pelayanan. Kita harus menjaga keseimbangan antara tarif dan biaya operasional,” kata Pramono.
Ia menegaskan bahwa pemerintah tidak akan serta-merta menghapus subsidi. Namun, pembagian tanggung jawab antara pemerintah dan pengguna perlu dibuat lebih proporsional agar sistem transportasi tetap berkelanjutan.
Respon Warga dan Harapan Perbaikan Layanan
Kabar rencana kenaikan tarif ini menimbulkan beragam tanggapan di kalangan warga. Sebagian memahami alasan pemerintah, tetapi tidak sedikit yang berharap peningkatan tarif diimbangi dengan peningkatan kualitas pelayanan.
Seorang pengguna rutin Transjakarta, Rini (28), mengaku tidak keberatan jika tarif naik asal layanan semakin baik. “Selama bus datang tepat waktu, pendingin udara berfungsi, dan halte bersih, saya rasa wajar,” ujarnya.
Namun, beberapa warga lainnya meminta agar pemerintah tidak menaikkan tarif terlalu tinggi, mengingat masih banyak pekerja berpenghasilan rendah yang mengandalkan Transjakarta setiap hari.
Janji Pemprov DKI Tingkatkan Efisiensi dan Kualitas
Menanggapi hal itu, Pemprov DKI memastikan bahwa kenaikan tarif akan diiringi dengan peningkatan efisiensi serta perbaikan fasilitas di seluruh halte dan armada.
Syafrin Liputo menyebut bahwa Transjakarta sedang melakukan evaluasi besar-besaran terhadap rute, waktu tunggu, dan sistem integrasi tiket. “Kami ingin memastikan penyesuaian tarif memberikan manfaat nyata bagi penumpang,” ujarnya.
Selain itu, pihak Transjakarta berencana memperluas penggunaan energi ramah lingkungan dengan mengganti sebagian armada menjadi bus listrik. Langkah ini diharapkan dapat menekan biaya operasional dalam jangka panjang sekaligus mengurangi polusi udara di ibu kota.
Penutup: Antara Kebutuhan Ekonomi dan Keadilan Sosial
Keputusan menaikkan tarif Transjakarta bukan langkah mudah bagi Pemprov DKI. Di satu sisi, pemerintah harus menjaga keberlanjutan finansial sistem transportasi publik. Di sisi lain, kebijakan ini juga harus mempertimbangkan kemampuan masyarakat untuk membayar.
Jika dilakukan dengan perencanaan matang, penyesuaian tarif bisa menjadi momentum bagi perbaikan sistem transportasi di Jakarta secara menyeluruh. Namun, jika tidak diikuti dengan peningkatan layanan, kebijakan ini berisiko memicu ketidakpuasan publik.
Kini, masyarakat menunggu langkah nyata Pemprov DKI untuk memastikan bahwa setiap rupiah dari penyesuaian tarif benar-benar digunakan demi menghadirkan transportasi publik yang lebih layak, nyaman, dan berkeadilan.

Cek Juga Artikel Dari Platform liburanyuk.org
