koronovirus.site – Proses identifikasi korban ambruknya musala Pondok Pesantren Al-Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur, masih terus berlangsung. Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri telah mengambil sampel DNA dari sembilan jenazah dan langsung mengirimkannya ke Pusat Laboratorium DNA Pusdokkes Polri di Cipinang, Jakarta Timur.
“Pengambilan sampel DNA sembilan jenazah serta sampel pendamping orang tua sudah dilakukan dan pagi ini dikirim ke Jakarta,” ujar Kaur Kes Kamtibmas Subdit Dokpol Biddokes Polda Jatim, Kompol Naf’an, dalam keterangannya, Sabtu (4/10/2025).
Kasus ini kembali mengingatkan pentingnya keberadaan Tim DVI dalam proses identifikasi korban bencana, terutama ketika kondisi tubuh tidak memungkinkan dikenali dengan cara visual.
Apa Itu Tim DVI?
Mengutip panduan resmi Interpol, Disaster Victim Identification (DVI) adalah metode ilmiah untuk mengidentifikasi korban dari kejadian yang menimbulkan banyak korban jiwa — baik akibat bencana alam maupun insiden buatan manusia.
Dalam banyak kasus, mengenali korban secara langsung melalui wajah tidak lagi memungkinkan. Karena itu, identifikasi menggunakan:
- Sidik jari
- Catatan gigi atau dental record
- Profil DNA
- Ciri fisik seperti tato, bekas luka, atau implan medis
DVI menjadi protokol internasional yang diakui dan dilakukan oleh tim khusus forensik dan kepolisian di berbagai negara. Pedoman resmi DVI Interpol pertama terbit pada 1984 dan diperbarui secara berkala.
Jenis Kondisi di Mana DVI Dikerahkan
Tim DVI bekerja dalam situasi bencana berikut:
- Bencana Terbuka
Jumlah korban tidak diketahui secara pasti. Contoh: gempa bumi, banjir, kebakaran besar, hingga serangan teroris. - Bencana Tertutup
Daftar korban sudah diketahui sejak awal. Contoh: kecelakaan pesawat berdasarkan manifest penumpang. - Bencana Gabungan
Misalnya kecelakaan pesawat yang jatuh di permukiman, di mana daftar penumpang diketahui tetapi jumlah korban tambahan dari warga setempat belum pasti.
Tahapan Identifikasi Korban Menurut Prosedur DVI
Proses identifikasi terdiri dari empat tahap utama:
1. Pemeriksaan Lokasi Kejadian
Tim melakukan evakuasi dan pengumpulan jenazah maupun barang pribadi korban. Tahap ini bisa berlangsung berhari-hari hingga berminggu-minggu.
2. Pengumpulan Data Post-Mortem (PM)
Jenazah diperiksa oleh tim ahli untuk mengumpulkan data biometrik seperti:
- Sidik jari
- Kondisi dan struktur gigi (odontologi forensik)
- DNA
- Ciri fisik khusus
3. Pengumpulan Data Ante-Mortem (AM)
Keluarga korban dimintai data mengenai ciri-ciri korban semasa hidup. Rekam medis dan sampel biologis pembanding juga dikumpulkan.
4. Rekonsiliasi
Data AM dan PM dicocokkan. Identitas korban hanya dinyatakan valid bila kecocokan identik 100% melalui DNA, sidik jari, atau dental record.
Seluruh proses dilakukan dengan menjaga penghormatan penuh terhadap jenazah dan transparansi kepada keluarga.
Tim DVI Indonesia
Menurut Museum Polri, Tim DVI di Indonesia mulai dibentuk sejak 1999 dan memiliki struktur berlapis, yaitu:
- Tim DVI Nasional
- Tim DVI Regional
- Tim DVI Provinsi
Anggotanya terdiri dari profesional terlatih, antara lain:
- Dokter spesialis forensik
- Dokter gigi forensik
- Ahli antropologi forensik
- Tim dokumentasi dan fotografi
Mengapa Identifikasi Butuh Waktu?
Durasi proses sangat bergantung pada kondisi jenazah, lokasi, jumlah korban, dan data pembanding dari keluarga. Meski memakan waktu, ketelitian diperlukan agar identitas korban dapat dipastikan dengan akurasi mutlak dan sah secara hukum.
Cek juga artikel paling seru dan top di wikiberita.net

